Keputusan Bank Sentral
Amerika Serikat (The Fed) untuk mengurangi dana stimulusnya sebesar US$ 10
miliar pada Januari berdampak jangka panjang bagi negara-negara lain.
Menurut para analis, aksi The
Fed itu akan membuat banyak mata uang dunia meluncur dan anjlok parah pada
2014.
Seperti mengutip CNBC, Rabu (25/12/2013),
Head of Global Markets Research Asia di bank Credit Agricole, Mitul Kotecha
mengatakan, yield AS yang semakin tinggi, pertumbuhan yang luar biasa, dan
aliran dana masuk yang lebih besar ke negara tersebut akan mendorong mata uang
dolar menguat tahun depan.
"Kami yakin, dolar akan
menguat secara global terhadap banyak mata uang di sejumlah negara termasuk
negara-negara berkembang. Intinya tinggal negara mana yang mata uangnya melemah
paling parah terhadap dolar pada 2014," ungkap Kotecha.
Menurut dia, yen Jepang dan
euro merupakan dua mata uang yang menghadapi kemungkinan pelemahan paling parah
saat dolar menguat. Sepanjang tahun ini, yen telah melemah 20% sementara euro
menguat 3,7% di waktu yang sama.
"2014 akan menjadi tahun
yang sulit untuk yen. Nilai tukar dolar terhadap yen akan mencapai level 115
pada akhir tahun tersebut. Kami juga merasa penguatan nilai tukar euro akan
mulai melemah tahun depan hingga mencapai level 1,28 pada akhir 2014, "
tutur dia.
Pelamahan yen telah menjadi
tema utama dalam penentuan kebijakan di Jepang. Isu tersebut merebak di tengah
eksekusi berbagai rencana reformasi yang dirancang untuk meningkatkan ekonomi
negara.
Sementara euro yang sempat
menguat beberapa bulan lalu juga akan melemah akibat aksi penarikan dana
stimulus The Fed serta dampak dari pengaruh politik yang berkecamuk di wilayah
tersebut. Pada Mei tahun depan, pemilihan anggota Eropa akan berlangsung.
"Euro akan jatuh mengingat
tahun depan akan menjadi tahun politik terutama mengingat tingkat pengangguran
yang berada di level 12%. Eropa memerlukan nilai tukar mata uang yang lebih
lemah agar bisa bersaing lebih kompetitif," papar Kepala Pakar Strategi
Pasar IG Markets, Chris Weston.
Tetapi tak hanya mata uang
negara maju yang akan merasakan hantaman dampak keputusan The Fed. Siap-siap
saja, mata uang dari negara berkembang juga akan merasakan pukulan yang sama
akibat langkah yang diambil bank sentral AS tersebut.
"Saya rasa, mata uang
yang juga akan menderita pelemahan akibat penarikan dana keluar dan pengaruh
eksternal adalah rupiah, rupee India, lira Turki, rand Afrika Selatan dan real
Brasil. Lima mata uang tersebut akan mengalami pelemahan terparah tahun
depan," ungkapnya.
Sementara
menurut dia, dolar Taiwan dan yuan China akan menjadi mata uang paling
cemerlang di tahun yang sama. Meski demikian, Weston tak melihat adanya
pelemahan ekstrim seperti yang terjadi tahun ini. [bbi/age sumber liputan6.com]